Saturday, April 29, 2017

Teori Desain

Teori Desain


Sudah lama sekali kami tidak posting, disebabkan karena kesibukan tertentu yang membuat tidak bisa membuat artikel untuk di posting. Ada satu artikel yang ini saya masukan di posting kali ini, seperti pas untuk saat ini, menenai Teori Desain, ini diambil dari sumber DGI-Indonesia. Teori Desain, sebuah perbincangan berikut 

Kaum Formalis 
Bagaimana desain dipandang melalui estetika formalisme? Estetika formalisme meruapakan pendekatan estetika atas sesuatu yang kasat mata, mengutamakan bentuk daripada isi. Bentuk atau yang kasat mata tersebut sifatnya ahistoris, dalam artian tidak memedulikan kapan desain dibuat, namun lebih menekankan bentuk formalnya. Pada umumnya yang dibicarakan di sini antara lain: garis, bentuk, ruang, warna, volume, tekstur, serta keseimbangan, pola, irama, proporsi, yang semuanya tersebut membangun komposisi sebuah desain. Nirmana, merupakan salah satu metode, cara, atau langkah mendisain melalui estetika formalisme (unsur/elemen, dan prinsip). Roger Fry (1800-an), seorang tokoh formalisme, berpendapat bahwa seni dan desain berkaitan dengan efek atau emosi, di mana emosi itu bersifat universal. Maka seni atau desain tak perlu dikaitkan dengan siapa pembuatnya dan kapan dibuat. 

Historisisme 
Dari jajaran yang mengakui adanya paham historisisme, ada John Winckelman (1719 – 1768) yang berpandangan bahwa seni tidak lepas dari sejarah, bahwa seni berubah seiring dengan perubahan budaya. Di lain sisi dari pemikiran F. Hegel dikenal istilah zeitgeist, yaitu bahwa perubahan gaya berkaitan dengan perkembangan budaya. 

The Bauhaus 
Bauhaus, sebuah lembaga pendidikan di Jerman, berusaha atau memiliki obsesi untuk membuat “the science of aesthetic”. Maksudnya ialah, prosedur atau filsafatnya yaitu positivisme dengan metodologi reduksi. Positivisme adalah sejenis paham pemikiran yang diturunkan dari ilmu-ilmu alam dan berusaha mencari kepastian-kepastian (rumus). Sedangkan metodologi reduksi (reduce, artinya make less or smaller) secara longgar bisa diartikan sebagai usaha mengkompres dan mengambil sampai yang terpenting/sampai mencapai unsur pokok saja. Dalam arti tertentu Bauhaus ya beraliran formalis juga, dalam artian melihat desain pada tataran unsure and principal. Dalam dunia tipografi, dikenal huruf takberkait yang menekankan sisi fungsional huruf yaitu keterbacaan, soal gaya (style) adalah bukan yang utama. Helvetica, Arial, dan huruf-huruf turunannya merupakan implementasi atas pendekatan tersebut. Hurufhuruf jenis demikian kadang “disindir” karena menyingkirkan emosi. Apakah huruf demikian berguna? Tentu saja berguna, terutama bagi komunikasi yang mengutamakan kecepatan dan kejelasan informasi seperti rambu lalu-lintas, rambu emergency, dll. 

Pendekatan-pendekatan lain 
Desain dari pendekatan sosial menekankan nilai fungsional desain, dan dibedakan dengan (nilai) individualisme. Karl Marx memberikan pemikiran bahwa semua tindakan manusia ditentukan oleh determinan ekonomi (without production no consumption, without consumption no production). Marx, yang dikenal sebagai sosok yang dikaitkan dengan sosialisme, dimana di sana terdapat kalim-klaim utopis bahwa terdapat sebuah usaha menggambarkan suatu harapan keadilan bersama, pada momen berikut melahirkan heroisme (heroic realism, socialist realism). Dari kubu (teori) psikoanalisis melihat tindakan manusia dipengaruhi alam sadar dan bawah sadar, misalkan dorongan seksual/libidinal. Dari kubu (teori) strukturalisme, terutama pendekatan sosiologis, melakukan usaha penstrukturan terlebih dahulu misalkan masyarakat dikelompokkan ke dalam kategori miskin – kaya, modern – tradisional, kasta, dll. Teori uang (tokoh George Simmel, sosiolog) berpandangan bahwa dunia manusia bisa ditengarai dengan uang di mana kemewahan, keagungan, ketamakan bisa diperoleh/terjadi karena uang. Desain lantas diukur dari harga, di mana harga menentukan (nilai/kualitas) budaya. Makin mahal desain, makin tinggi nilainya, begitu sebaliknya. Kaum sosialis berpandangan bahwa desain tidak lepas dari lingkungan sosial dan budaya (termasuk tradisi dan ilmu pengetahuan). Dari wilayah ini muncul Viktor Papanek (penulis buku Design For The Real World, Papanek eksis di dunia industri) menekankan aspek keberdayaan dan ketidakberdayaan. Papanek berpendapat, tepatnya menyerang desainer-desainer industri, bahwa desain hanya membentuk keusangan dan berkutat sebatas mencari kebaruan-kebaruan. Sudah seharusnya desain menyentuh sampai permasalahan sosial, misalkan Papanek menyarankan desain bagi kaum cacat. Dari wilayah ini pula lahir teori

Blog Archive